Pertanyaan yang sering ditanyakan orang tua kepada guru di ruang tamu saat membagikan raport anaknya adalah ranking. Adanya kebijakan sekolah untuk tidak lagi memasukkan penilaian dalam laporan seringkali disertai dengan kelebihan dan kekurangan. Dari pendapat pro dan kontra tersebut, jika ditelaah lebih lanjut, muncul pertanyaan “apakah perlu adanya pemeringkatan di sekolah?”. Untuk menjawab pertanyaan ini secara mendalam, pertama-tama kita harus memahami sifat sebenarnya dari tujuan pembelajaran, karena peringkat tujuan harus selaras dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa.
Tujuan pembelajaran pada hakikatnya adalah penguasaan pengetahuan / materi / keterampilan. Idealnya sejauh mana tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh seorang siswa diikuti dengan data kuantitatif dan kualitatif seperti yang dijelaskan dalam laporan siswa atau laporan hasil belajar. Data kuantitatif yang dilaporkan dalam raport adalah data berupa angka-angka yang menunjukkan seberapa besar prestasi siswa dalam menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Meskipun data kualitatif, data adalah informasi yang menjelaskan bagaimana sikap dan cara kerja siswa mencapai hasil tersebut.
Pemeringkatan, sebagai bentuk data kuantitatif yang dilaporkan dalam raport, dapat mencerminkan posisi atau urutan kinerja siswa dengan memperhatikan kinerja seluruh siswa di kelas atau sekolah. Semakin tinggi nilai rangking yang diperoleh, idealnya dapat mencerminkan semakin tinggi tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Atau sebaliknya, semakin rendah nilai rangking maka semakin rendah pula tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.
Ternyata Nilai Tidak Menjadi Patokan
Namun pada kenyataannya klasifikasi skor yang ada tidak selalu mencerminkan derajat ketercapaian tujuan pembelajaran siswa. Hal ini dapat terjadi, misalnya karena siswa menyontek untuk mencapai nilai bagus (misalnya siswa menyontek), validitas alat penilaian (misalnya soal terlalu mudah atau tidak untuk mengukur penguasaan materi), atau subjektivitas relatif guru. Jika demikian halnya, peringkat tidak berguna untuk memetakan kinerja akademik atau keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Menekankan hanya prestasi akademik ketika menentukan peringkat yang dibuat hingga saat ini juga sering dilihat sebagai aspek negatif dari peringkat. Karena hal ini dianggap mengabaikan prestasi non akademik siswa. Padahal, anak yang mendapat nilai tinggi atau dianggap pintar mungkin memiliki banyak kelemahan di bidang non-akademik. Atau sebaliknya, seorang anak yang berpangkat rendah atau dianggap tidak pintar belum tentu berarti seseorang itu tidak memiliki pro atau kontra.