Mereka Ingin Sisi Terbaik Dari Dirimu Tetapi Lukamu Milik Mu

NO ONE WANTS YOUR PAIN

Sering kita mengharapkan dengan memiliki pasangan, berada dalam sebuah hubungan, akan ada tempat bisa berbagi suka dan duka.

Berbagi suka, banyak yang mau.

Berbagi duka, belum tentu.

Apalagi luka.

Bahkan pasangan kita belum tentu tahu harus

Acapkali luka itu milik kita sendiri. Apalagi mengerti dan mengobati luka kita. bagaimana menghadapi lukanya sendiri.

Adakah Yang Mau Menerima Kita Seutuhnya?

Lanjutan lirik lagunya ya…

Other than you, no one else will ask for my pains Selain kamu, tak ada yang menginginkan lukaku Other than you, I, my love can’t find anyone else

Selain kamu, aku, cintaku tak bisa menemukan yang lain

Kalau di lagu ini ending-nya bahagia, karena dia menemukan cinta yang menginginkan dirinya sepaket dengan lukanya juga. Tapi terkadang tidak selalu berakhir seperti ini. Walau sudah mencari kita tak menemukan orang yang mau menerima kita secara utuh dengan segala keindahan dan luka kita.

OWNING OUR OWN SH*T AND PAIN

Kalau kita mencari-cari di luar, mencoba mengobati luka dengan cinta dari orang lain… tidak akan ada habisnya. Kita bisa mulai dengan penerimaan diri seutuhnya. Mengenai penerimaan diri, Rupi Kaur dalam bukunya Home Body menulis begini:

it’s easy to love (mudah mencintai)

the nice things about ourselves (hal yang menyenangkan dari diri) but true self-love is (tetapi kasih sejati untuk diri sendiri)

embracing the difficult parts (adalah menerima hal-hal sulit)

that live in all of us (yang ada dalam diri kita semua) – acceptance

Kintsugi And The Art Of Owning Our Sh*T

DR. Alexandra H. Solomon menyebutkan ada satu “bahan” penting dalam proses penyembuhan luka yaitu SELF-COMPASSION. Kasih dan penerimaan diri hingga ke titik kita bisa mengampuni diri sendiri dan ambil kendali atas diri seutuhnya dengan segala bagian yang gelap dan rapuh. Dr Solomon menganalogikan proses ini dengan KINTSUGI, teknik dalam seni keramik Jepang yang menggunakan lelehan logam berharga untuk menyatukan pecahan keramik hingga utuh.

Setiap dari kita pantas bangga atas segala ketidaksempurnaan. Kita indah dengan lahirnya kekuatan dari luka dan segala kelemahan. Menerima diri seutuhnya membuka jalan untuk hubungan yang lebih kuat dengan diri sendiri maupun dengan pasangan.